Kenapa Saya Selalu Gagal Melakukan Savasana


me, the wander goose in Mr. Dongpo poetry.
"Savasana is the ultimate act of conscious surrender. It takes practice and patience to surrender easily.”

“Mari kita mulai latihan hari ini dengan sebuah mantra, apa yang ingin Anda dapatkan dari practice hari ini? Ucapkan dalam hati, sebagai mantra. Apa yang Anda harap bisa capai melalui latihan ini?” dengan suara berat yogi berusia 63 tahun itu memulai latihan malam ini. “Saya biasa mengucapkan tiga mantra, I am confident, I am healthy, and I am a strong woman. Itu mantra yang biasa saya ucapkan,” tambahnya lagi.

Detik itu juga, saya merasa cupu. Karena sejak beberapa minggu lalu, mantra yang saya ucapkan hanyalah, “Relax. I’m okay. Everything will be okay.” Udah. Sama sekali enggak inspiring. Tapi ya sudah, karena dalam hati, that is all I really want to achieve at the moment, to be in that relaxed state of mind.

Latihan pun dimulai, malam ini saya berkeringat lebih banyak dari biasanya. Dan seperti biasa diakhiri dengan savasana. Dulu, ketika baru mulai yoga, saya pikir savasana ini pose paling gampang, karena hanya terlentang sambil tidur. Nyatanya, jika dilakukan dengan benar sampai sekarang savasana ada di dalam list panjang pose yoga yang belum saya kuasai.

Corpse pose atau ada yang menyebutnya dead pose. Adegan tidur terlentang ini sebenarnya adalah pose self relaxation. Kita berusaha mengendurkan kembali tubuh dan otot yang sudah diajak bekerja keras. Selama 10 sampai 20 menit kita diajak untuk berbaring tanpa melakukan apa-apa, menjaga napas, pikiran, dan enggak tertidur. Dan ini sulit, pada praktiknya banyak yang ketiduran. Kalau saya, pikiran melayang ke mana-mana. Kalau diingat-ingat, saya memang selalu gagal melakukan savasana.


I think it’s poetic. Ketika dalam keseharian kita selalu merasa terburu-buru dan dikejar-kejar, pose ini mengajarkan untuk be still and do nothing. Di luar aula latihan, semua orang masih terburu, dan di dalam sini kita seakan tidak peduli, berbaring pasrah. Menyadari dengan penuh kalau kita bisa mengijinkan tubuh untuk tidak melakukan apa-apa, dan bukan hanya komputer yang butuh restart. The ultimate act of conscious surrender, sulit dipraktikkan baik dalam yoga atau pun dalam hidup. Apa lagi buat yang semacam ada dalam spektrum OCD atau control freak. You know what I mean, lah.


Tapi ada yang berbeda dengan savasana malam ini. Biasanya yang tiba-tiba teringat adalah pekerjaan yang kelupaan, meeting besoknya, barang yang harus dibeli, agenda minggu ini, mau makan malam apa, atau pikiran semacamnya. Malam ini, saya merasa sangat relax. Malah saya bisa merasakan bibir saya tersenyum. I feel like on cloud nine. And then I think of you, the person I meet more than eleven years ago. Jadi, saya mungkin masih gagal menyempurnakan savasana, tapi setidaknya, mantra yang selalu saya ulang setiap kali memulai yoga, mulai beraksi.

There are things that I don’t understand.
There are things that maybe I will never understand.
There are things that are hard to forget.
I don’t know where life will take me.
I don’t really understand what I feel.
I don’t know how to handle some things.
And for that moment, I feel like it’s okay, everything will be okay.
I think this is it, the power of conscious surrender.
It’s hard.
But it’s okay.


Comments